Cara Investasi Modal untuk Hari Depan

Rabu, 16/06/2010

Menciptakan masa depan yang lebih baik tentunya idaman setiap individu, namun dalam mencapai masa depan yang lebih baik tentuya diperlukan pengorbanan baik material maupun non material.

Berikut tips menciptakan masa depan yang lebih baik di masa depan :

Material

*

Mulailah sedini mungkin, faktor waktu memegang peranan sangat penting dalam berinvestasi. Semakin muda usia Anda berinvestasi, semakin baik hasil yang akan didapat nanti.

*

Tentukan tujuan investasi modal secara spesifik (rencana pendidikan, rencana pensiun, membeli rumah/apartemen, membeli kendaraan, renovasi properti, wisata, percepatan pelunasan KPR/KPA dan lainnya) sebelum memulai berinvestasi. Konsultasikan rencana-rencana ini dengan penasehat keuangan Anda

*

Tentukan jangka waktu dan target dana yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

*

Alokasikan dana untuk investasi modal secara konsisten, idealnya 10% hingga 30% dari pendapatan bulanan.

*

Jika Anda pemula, mulailah berinvestasi dengan cara tidak langsung sebelum berinvestasi langsung. Cara ideal adalah dengan membeli produk Reksa Dana (mulai dari Reksa Dana Pasar Uang, Pendapatan Tetap, Campuran, hingga yang lebih berisiko yakni Reksa Dana Saham), kemudian beranjak ke investasi langsung ke surat berharga (Obligasi Ritel dan Saham), hingga memulai bisnis riil sendiri atau bergabung dengan mitra bisnis yang cocok dengan Anda.
*

Lakukan pengawasan secara periodik setiap tahun untuk memantau kinerja investasi modal Anda. Jangan lupa untuk selalu mengkonsultasikan strategi investasi tahunan dengan penasehat keuangan Anda. (keluargacerdas.com)

Non Material

*

Tetapkan hati Anda untuk rajin menabung
*

Selalu berusaha dalam segala hal tentunya kinerja Anda.
*

Ikutilah pelatihan baik pelatihan keterampilan / pengembangan diri.
*

Jeli dalam melihat setiap kesempatan yang ada.
*

Pandai membaca situasi dan kondisi.
*

Selalu bersyukur dengan apa yang telah di berikan Tuhan Yang Maha Esa.

Nah jadi bersiaplah menuju masa depan yang lebih baik dengan INVESTASI MODAL. erk * Kompas.com 160610

Read Users' Comments (1)komentar

Membuat Uang "Bekerja" untuk Anda

Senin, 14/6/2010

Bukan hal yang keliru kalau ada yang beranggapan bahwa besarnya penghasilan tidak selalu berbanding lurus dengan besarnya kekayaan. Seseorang yang penghasilannya di atas Rp 10 juta sebulan, misalnya, bisa saja kehidupan keuangannya lebih ”susah” ketimbang karyawan yang penghasilannya sebesar Rp 5 juta per bulan.

Kok bisa begitu? Bisa saja. Sebab, berapa pun kecilnya penghasilan, sepanjang pengeluaran lebih rendah ketimbang pemasukan, berarti memiliki cash flow positif yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan kekayaan.

Di sisi lain, berapa pun besarnya penghasilan, jika pengeluaran lebih besar dibandingkan pemasukan, posisi keuangan akan defisit. Itu berarti sebagian kebutuhan akan dibiayai oleh utang. Dus, tidak ada sumber dana yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan aset. Yang ada adalah penurunan kekayaan secara bertahap karena aset akan dipergunakan untuk pembayaran utang.

Oleh karena itu, tingkat kekayaan seseorang sebenarnya tidak diukur dari besarnya penghasilan, melainkan lebih bergantung pada karakter pengelolaan penghasilan. Singkatnya, berapa pun kecilnya penghasilan, tetap dimungkinkan menjadi kaya jika mau dan mampu melakukan inovasi dalam pengelolaan keuangan.

Apa itu inovasi keuangan? Sederhananya adalah melakukan hal yang berbeda dalam pengelolaan keuangan. Misal, jika orang kebanyakan menggunakan kartu kredit untuk berutang, dalam koridor inovasi keuangan, penggunaan kartu kredit adalah untuk memanfaatkan tenggang pembayaran sehingga Anda bisa menggunakan dana pihak lain, dalam kurun waktu tertentu tanpa biaya apa pun.

Jadi, jika Anda berbelanja pada hari ini dan kemudian melunasinya sebelum jatuh tempo, berarti Anda bisa mendapatkan tambahan cash flow dalam kurun waktu tersebut, yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal.

Bayangkan, jika Anda bisa membeli barang dengan harga ”X”, misalnya, lalu menjualnya kembali dengan harga ”X” plus keuntungan, Anda telah berbisnis tanpa modal dan bahkan memperoleh untung. Dengan kata lain, utang yang digunakan untuk kegiatan produktif merupakan salah satu inovasi keuangan. Apalagi jika utang itu sendiri diperoleh tanpa biaya apa pun, seperti penggunaan kartu kredit di atas.

Bagaimana jika utang itu menimbulkan biaya bunga? Tidak masalah. Sepanjang biaya bunga masih lebih rendah dibandingkan keuntungan yang diperoleh, tetap saja Anda tergolong kalangan yang inovatif. Jadi, ringkasnya, menumbuhkembangkan aset bisa dilakukan tanpa modal. Modal itu diperoleh dari utang. Lalu dipergunakan untuk berbisnis. Dan hasil bisnis tersebut mampu memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan biaya utang itu sendiri.

Aset produktif
Contoh inovasi keuangan lainnya adalah memiliki sebanyak mungkin aset produktif dibandingkan aset konsumtif. Pernahkah Anda melihat pedagang yang tinggal di sebuah ruko, di mana lantai paling bawah digunakan untuk berdagang, sementara lantai di atasnya digunakan sebagai tempat tinggal?

Artinya, tempat usaha dan rumah tinggal menjadi satu. Dengan kata lain, rumah tinggal si pedagang tersebut bukan sekadar rumah tinggal, tetapi telah menjadi aset produktif yang bisa menghasilkan uang, alias tempat berbisnis. Bagaimana dengan Anda? Boleh jadi Anda memilki rumah lebih dari satu. Dan rumah yang tidak Anda tinggali setiap bulan malah menguras kantong Anda karena mesti membayar biaya listrik dan biaya pemeliharaan lainnya. Malah kondisi rumah terus merosot karena faktor usia dan lain sebagainya. Konkretnya, beberapa rumah yang Anda miliki bukan saja tidak produktif, tetapi malah menjadi beban. Oleh karena itu, rumah tersebut mesti diproduktifkan, dalam arti memberikan penghasilan, misalnya disewakan kepada pihak lain.

Selain rumah, coba lihat lagi berbagai kekayaan yang Anda miliki. Cermati apakah aset tersebut sekadar sebagai aset konsumtif, atau alat menjaga gengsi belaka, atau memang tergolong produktif. Jika Anda memiliki perhiasan emas yang nilainya meningkat, perhiasan itu tergolong aset produktif yang bisa menambah kekayaan Anda. Begitu juga dengan lukisan yang nilainya bisa saja mengalami peningkatan. Ringkasnya, aset produktif adalah aset yang memiliki nilai investasi.

Inovasi keuangan juga bisa dilakukan dengan cara pemilihan investasi yang tepat. Pengertian investasi yang tepat di sini adalah bagaimana menyuruh uang Anda ”bekerja” untuk Anda. Jadi, uang menghasilkan uang. Bagaimana caranya? Lakukan investasi aktif.

Investasi aktif adalah secara reguler memilih dan mengevaluasi investasi yang telah dilakukan. Di pasar modal, misalnya, sebagian kalangan membeli saham, lalu terus memegangnya dalam kurun waktu yang lama, dengan harapan memperoleh dividen dan capital gain. Ini memang tidak salah. Tetapi, dalam kurun waktu tersebut, bisa saja harga saham yang dipegang mengalami kemerosotan harga. Kalangan yang memegang saham tersebut boleh jadi tidak peduli atau malah menjualnya karena khawatir harga saham akan semakin merosot.

Nah, seorang investor aktif tidak akan bersikap seperti itu. Ia malah akan membeli lagi saham dimaksud pada harga yang lebih rendah. Kenapa? Karena tujuan memegang saham dimaksud adalah untuk jangka panjang. Dan ketika harga saham merosot, dilakukan pembelian agar secara rata-rata biaya pembelian saham menjadi lebih murah. Contoh-contoh lain tentang investasi aktif telah banyak diulas dalam tulisan-tulisan terdahulu di kolom ini.

Yang terakhir adalah inovasi keuangan dalam pengelolaan biaya. Pernahkah Anda mendengar istilah ”must have” vs ”nice to have”? Coba terapkan itu dalam perilaku pengeluaran biaya Anda. Berapa banyak Anda menghabiskan uang untuk membeli barang-barang yang sekadar ”nice to have”? Boleh jadi, kalau ditotal seluruh pembelian Anda, terutama pengeluaran yang bersifat harian, akan lebih banyak yang tergolong ”nice to have”.

Jika Anda bisa memotong biaya ”nice to have” 50 persen saja, akan sangat banyak tabungan yang Anda peroleh dan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan keuangan lain yang lebih produktif. Selamat mencoba.

(Elvyn G Masassya, Praktisi Keuangan) *Kompas.com 140610

Read Users' Comments (0)

Derita di Balik Blokade Gaza

Jum'at, 04/06/2010
Tajuk Rencana
Ketika dunia mengutuk Israel karena aksi serangan brutal terhadap kapal-kapal rombongan misi kemanusiaan ke Jalur Gaza, pada saat yang sama ratusan ribu jiwa — termasuk anak-anak — makin tercecar oleh penderitaan akibat blokade pemerintah Israel. Di Gaza, sekitar 1,5 juta penduduk nyaris tak tersentuh oleh bantuan kemanusiaan karena blokade itu. Sikap Israel didasari sentimen konflik bahwa kawasan tersebut dikuasai oleh Hamas, salah satu sayap politik Palestina yang merupakan musuh utama mereka.

Blokade sejak 2007 itu — dengan dalih mencegah pasokan senjata untuk Hamas — menggugah misi kemanusiaan seperti yang kali ini dihalangi secara keji. Entah persepsi apa yang ada di benak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sehingga melawan niat universal para aktivis dari sekitar 40 negara itu. Dunia makin dibuat gamblang mengenai kekejaman rezim zionis itu. Jalan ke arah dialog perdamaian dengan Palestina pun bakal makin sulit, minimal mereka masih akan disibukkan oleh tekanan masyarakat internasional.

Berbagai proses perundingan Palestina - Israel, termasuk yang disponsori oleh kuartet Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Rusia, sejauh ini hanya menjadi ”moratorium” dari kemungkinan-kemungkinan terus meletupnya konflik bersenjata. Tentu dalam posisi yang tidak berimbang. Apalagi dalam membangun opini global, Israel disokong penuh oleh Washington. Namun ketika Tel Aviv membuka ”front” terhadap rombongan misi kemanusiaan, seperti apa ujung sanksi yang mampu menjerat?

PBB menjadi macan ompong dalam setiap resolusi yang digalang oleh dunia internasional terhadap Israel. Terutama karena veto Amerika, yang jelas-jelas memosisikan Negeri Yahudi itu sebagai sekutu utamanya di Timur Tengah. Kali ini, tak pelak lagi, kebrutalan yang dikutuk secara luas oleh dunia internasional, bisa diartikan pula sebagai tudingan ke Gedung Putih. Karena sikap-sikap AS pulalah Israel merasa berada di atas hukum dan bisa memaksakan hegemoni sikapnya untuk membuat negara-negara Arab tak berdaya.

Insiden Mavi Marmara itu mestinya bisa menjadi momentum — yang tidak bisa ditolak lagi oleh kekuatan mana pun — untuk menghukum Israel. Bukankah dari reaksi yang disampaikan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, kita tetap melihat arogansi berupa ketidakpedulian dengan menyatakan mereka sebenarnya hanya membela diri? Dunia harus mampu untuk bergerak dan bertindak secara terpadu, kembali pada ikhtiar bersama untuk memedulikan kondisi penduduk Gaza yang menderita akibat blokade Israel sejak tiga tahun silam.

Secara lebih luas lagi, koreksi berupa pencegahan atas ekspansi Israel yang berlangsung masif terhadap tanah-tanah Palestina lewat pembangunan permukiman Yahudi, harus dilakukan. PBB tidak lagi bisa terus menerus hanya mengikuti kemauan Amerika, yang bahkan dalam insiden misi kemanusiaan itu terlihat ragu-ragu memberi respons. Berdirinya negara Palestina merupakan hak mutlak bangsa yang terusir itu, dan dengan berbagai upaya, masyarakat internasional harus memberikan payung dukungan secara mutlak pula.*Suaramerdeka.com 040610

Read Users' Comments (0)